Pagi itu, sepasang suami istri sedang berdiskusi kecil. Mereka menyebutnya Home Team Disscussion ala Griya Riset. Topiknya tentang kursus yang baru saja diikuti sang istri. Baru sekali sang istri mengikuti kursus ini, dan kalau mau kursus itu bisa berlanjut ke tahapan berikutnya. Kuncinya ya itu tadi, kalau mau, kalau ada niat, kalau ingin menguasai.
Sejatinya, keterampilan yang sedang diasah ini memang lumrah dikuasai oleh perempuan, jadi saat pertama kali sang istri mengutarakan niatnya untuk mengikuti kursus ini, suami segera mengiyakan dan memberikan dukungan penuh seperti biasa. Namun, sinyal-sinyal redup tertangkap saat mereka berdialog. Ya, pada dasarnya sang istri memahami bahwa keterampilan itu suatu saat akan bisa bermanfaat dan berdaya guna. Tapi tidak ada sorot mata berbinar yang tampak di wajahnya, tak ada ekspresi penuh semangat dalam celotehnya. Datar saja. Hingga sang istri mengakhiri ceritanya dengan mengucap, “Bagus sih mas, tapi belum tertarik mendalami. Rasanya belum punya sense dan kreativitas yang mumpuni buat menghasilkan karya-karya yang berbeda dari yang sudah ada.”
Bagi istrinya, itu menarik tapi tak membuatnya tertarik.
Ini yang suami simpulkan dari cerita istrinya. Obrolanpun terus bergulir. Hingga sang suami berucap, “Oke, nggak apa-apa. Stop saja. Toh, kita berada dalam kondisi bisa memilih.”
“Bisa memilih?” tanya sang istri sambil melongok dari dapur
“Iya, betul kan? Bukankah ada banyak orang lain yang melakukan suatu hal karena terpaksa harus melakukannya? Karena tak ada pilihan lain?” sahut suami.
Ah, iya. Sang istri merasa diingatkan. Betapa berada dalam sebuah kondisi bisa memilih, juga merupakan sebuah nikmat dari Allah. Bisa menentukan pilihan merupakan sebuah keleluasaan. Di saat kita sedang bingung menentukan pilihan, orang lain sedang berupaya berdamai dengan kondisinya yang penuh tekanan. Keduanya sama-sama ujian. Layaknya sebuah kesempitan dan kelapangan. Tetaplah keberkahan yang menjadi muara.
Pun dalam berislam ada pilihan. Ada jalan benar, ada pula jalan sesat. Tapi tentu dengan muara yang berbeda.
Al Baqarah 256
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
#ODOPfor99days
#day107
#griyariset
#kontemplasi